Riwayat singkat Sultan Thaha Syaifuddin

Baca Juga



Sultan thaha syaifuddin dilahirkan di Jambi kira kira pertengahan tahun 1816.

Beliau adalah putra sultan Muhammad Fahruddin yang bergelar Sultan Keramat.
Sejak kecil beliau telah memperlihatkan tanda tanda kecerdasan dan ketangkasan,beliau adalah seorang bangsawan yang rendah hati dan suka bergaul dengan rakyat biasa.

Sultan Thaha Syaifuddin di didik dengan pelajaran tauhid agama islam sehingga pada masa kecilnya kepercayaan akan kekuasaan Allah sangat kuat.
Dari kepercayaannya kepada Allah itulah timbul sifat sifat yang luar biasa,berani dan ikut dalam segala macam pekerjaan.

Menginjak usia dewasa, Sultan Thaha Syaifuddin makin disenangi rakyat Jambi karena kecerdasannya dan keberaniannya dalam melawan penjajah belanda,apalagi waktu itu beliau menjabat sebagai perdana menteri.

Setelah naik tahta menjadi Raja Jambi beliau segera mengambil tindakan untuk membatalkan kesepakatan dengan Belanda yang di adakan sebelumnya.
Pembatalan tersebut diikuti dengan usaha menghimpun semua kekuatan rakyat.

Semua Pangeran dan Panglima perang diajak musyawarah yang menghasilkan beberapa keputusan.
Antara lain:

1. Perlu mengadakan persiapan bahan makanan yang cukup untuk menghadapi situasi perang melawan Belanda.

2. Untuk menyerang belanda tidak perlu menunggu komando dan di haruskan membuat benteng.

3. Tidak akan menyerah kepada Belanda serta tidak akan berkhianat kepada teman seperjuangan dan bangsa sendiri.

Dalam peperangan melawan belanda beliau di bantu oleh beberapa panglima dan pimpinan rakyat jambi yang terkenal gagah berani diantaranya.

- panglima Depati Pandan yang mempertahankan benteng tanjung gagah.

- pangeran Puspo yang mempertahankan benteng penggantung.

- pangeran Haji Umar dan Raden Hamzah yang mempertahankan benteng limbur tebo.

- panglima Tepis dan Depati Rio yang mempertahankan benteng Rimbo.

Dalam tahun 1904 terjadi pertempuran yang sangat hebat yang terjadi di dusun Betung berdarah dan merenggut banyak korban di kedua pihak .

Belanda dapat mempersempit ruang gerak perlawanan sultan thaha dengan politik adu domba dan dapat merebut benteng pertahanan sultan thaha syaifuddin karena didukung persenjataan yang lengkap.
Dan para panglima perangnya satu persatu gugur atau tertangkap oleh Belanda.

Keadaan tersebut mengakibatkan pertahanan dan perlawanan rakyat jambi menjadi lemah namun semangat juang mereka tetap tinggi.

Akhirnya dalam suatu serbuan pada waktu subuh,pasukan belanda dapat menyergap pasukan sultan Thaha Syaifuddin di sebuah talang di dusun Betung berdarah. Serangan tersebut disambut pasukan sultan Thaha Syaifuddin dengan perlawanan yang gigih dan sengit.
Karena kekuatan yang tidak seimbang dalam pertempuran tersebut,sultan Thaha Syaifuddin gugur.

Jenazah beliau dimakamkan di kelurahan Pasar Muara Tebo kecamatan Tebo Tengah kabupaten Tebo.

Pada tahun 1977 pemerinta RI menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada Sultan Thaha Syaifuddin

Sumber: wattpad.com
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar Anda yang sesuai dengan pokok bahasan.

Diharap tidak menggunakan akun G+

Pendukung

Artikel Populer

 
Back to Top