Tarombo dan sejarah marga sitompul

Baca Juga



Raja Sobu diperkirakan hidup pada abad ke XV atau sekitar tahun 1455. Ia adalah keturunan ke 5 dari si Raja Batak. Ia memiliki dua orang anak. pada awal mulanya menurut sejarah dari orang tua bahwa Boru Baso paet sewaktu melahirkan ternyata yang dilahirkan adalah sebuah kantong janin yang menyerupai bola lalu si Raja sobu melihat istrinya melahirkan sebuah kantong janin seperti bola maka si Raja Sobu pun meletakkan kantong Janin tersebut di atas para-para jabu halak batak najolo setelah beberapa minggu terdengarlah suara bayi dari atas rumah tersebut dan si Raja Sobu langsung melihat ke para-para itu ternyata kantong janin seperti bola tersebut adalah 2 orang bayi mungil lantas si Raja Sobu pun menamai kedua anak tersebut dengan nama Si Raja Tinandang atau lebih dikenal Toga Sitompul dan Raja Hasibuan.

Menurut cerita, di Desa Gurgur Aek Raja, Kecamatan Tampahan Tobasa inilah Raja Toga Sitompul bertempat tinggal dan hidup bersama masyarakat disana. Dia kawin dengan seorang putri yang cantik jelita namanya Bunga Marsondang Boru Siregar.

Suatu ketika, Raja Toga Sitompul sedang santai duduk di atas pohon sambil menikmati indahnya kawasan gunung dan Tao Toba.
Dalam hatinya dia berdoa dan meminta kepada Ompu Mulajadi Nabolon agar ditunjukkan seorang putri atau gadis untuk dijadikan istri agar hidupnya tidak kesepian.

Ketika sadar dari alam angan-angannya, dia melihat ke bawah (dari atas pohon) muncul sebuah bunga yang sangat cantik dan mengeluarkan cahaya putih. Dalam bahasa batak : Bunga na bontar i na binereng nai marsinondang mansai uli.

Dia pun turun dari atas pohon hendak memetik bunga nan cantik jelita itu. Ketika dia hendak memetik bunga itu, ternyata bunga tersebut adalah seorang gadis cantik yang tidak ada tandingannya.

Mereka pun saling berkenalan dan terjadilah hubungan cinta. Gadis tersebut akhirnya menjadi istrinya dan namanya disebut Bunga Marsondang.
Terakhir diketahui Bunga Marsondang adalah Boru Siregar.

Dari hasil pernikahan Raja Toga Tompul dengan Bunga Marsondang dikaruniai satu orang anak yaitu Hobolbatu. Bunga Marsondang sangat sayang terhadap anaknya Hobolbatu.
Semua ilmu yang dimiliki Bunga Marsondang diturunkan kepada anaknya. Dan setelah besar Hobolbatu pun dikawinkan.

Istri Hobolbatu ada dua orang yaitu yang pertama Boru Sinaga dan istri kedua Boru Situmorang.
Dari istri pertama Boru Sinaga lahir dua orang anak yaitu Sabar Dilaut (Lumbantoruan) dan Handang Dilaut (Lumbandolok).

Dari istri kedua Boru Situmorang lahir tiga anak. Anak pertama adalah Sabuk Nabegu (Siringkiron).
Anak kedua lahir seorang anak perempuan namanya Mariana. (Dikenal sebagai Boru Tompul Sopurpuron) dan anak ketiga adalah Lintong Ditao (Sibange-bange).

Dari Gurgur, Ompu Hobolbatu dan keturunannya (pomparan) pindah ke arah Rura Silindung bersamaan dengan marga lain seperti Naipospos dan Sihombing. Mereka berjalan kaki menelusuri lereng bukit barisan menuju Rura Silindung. Pertama kali mereka singgah di Hutabarat. Bukti sejarah menunjukkan bahwa di Hutabarat Tarutung terdapat sebuah perkampungan bernama Huta Sitompul dan sekarang ini masih terdapat disana sebuah rumah marga Sitompul.

Dari Hutabarat sebagian pomporan sitompul pindah ke Lumban Siagian dan terakhir di Simalailai yang sekarang dikenal Desa Sitompul. Ketika mereka sampai di Tarutung Rura Silindung yang berkusa waktu itu adalah Guru Mangaloksa dan keturunnnya.
Keturunan marga sitompul tinggal di Tarutung tepatnya Desa Sitompul (sekarang).

Sabar Dilaut membangun rumah di daerah bagian bawah (disebut Lumban Toruan) dan Handang Dilaut membangun rumah di bagian atas (Lumban Dolok)
dan Lintong Ditao membangun rumah di daerah Bange-bange (makanya disebut Sibange-bange) dan Sabuk Nabegu tinggal di bibir gua dan dia selalu dikunjungi oleh abang dan adeknya.
Makanya disebut daerah Sitingkiron dan menjadi Siringkiron.

Sejak itulah Sabar Dilaut selalu dipanggil Sitompul Lumban Toruan, Hangdang Dilaut dipanggil Sitompul Lumban Dolok, Sabuk Nabegu dipanggil Sitompul Siringkiron dan Lintong Ditao dipanggil Sitompul Sibange-bange.

Sementara itu, Ompu Hobolbatu terus menelusuri gunung, lembah dan gunung sampai ke Luat Pahae, terus ke Sipirok, Padang Sidimpuan dan Gunung tua.

Di daerah-daerah tersebut dia melihat bahwa ada kehidupan. Dia pun kembali ke Tarutung dan menceritakan bahwa di daerah yang dia jalani ada kehidupan baru yang lebih baik.
Dia pun menyuruh pomparannya kesana membuka lahan pertanian.

Demikianlah tahun demi tahun, keturunan Sitompul yang ada di Tarutung hijrah secara pelan-pelan ke Luat Pahae dan daerah Sipirok Tapanuli Selatan.
Mereka menelusuri lereng gunung sampai ke daerah Pahae. Namun ada yang terus melanjutkan perjalanan sampai ke Sipirok dan Padang Sidempuan Tapanuli Selatan.

Dari Luat Pahae ada yang turun lewat gunung dan lembah sampai ke Sibolga Tapanuli Tengah. Dari Tarutung ada juga yang merantau ke Laguboti yaitu Ompu Jarangar anak kelima dari Datumanggiling.
Karena kehidupan di Pahae jauh lebih menjanjikan daripada di Rura Silindung, maka keturunan sitompul yang ada di Tarutung hijrah setelah mendengar bahwa saudara-saudaranya sudah banyak yang berhasil di Pahae.
Sampai generasi ke 8 (nomor 8 dari Raja Toga Sitompul pada tarombo) masih banyak yang hijrah ke Pahae.
Disaat itu terjadi perang Padri dan perang Bonjol.

Lumban Toruan.

Ompu Lumban Toruan mempunyai satu orang anak yaitu Raja Imbak Sahunu. Raja Imbak Sahunu punya dua anak yaitu Namora Sande Tua dan Baliga Raja.
Anak dari Namora Sande Tua tiga orang yaitu Namora Naga Timbul, Namora Banuaji dan Namora Batu Mundom (keturunannya kini ada di Silindung).

Anak dari Namora Banuaji dua orang yaitu Sutan Maimatua dan Sutan Bodiala. Keturunan Sutan Maimatua ada tiga orang yaitu Lias Raja, Sampang Raja dan Jompak Raja.
Ompu Lias Raja pergi ke Sibolga, Sampang Raja ke Janji Maria Pahae dan Jompak Raja pergi ke Sipirok. (Dalam buku Tarombo nomor urut 8 dari Raja Toga Sitompul).

Lumban Dolok.

Ompu Lumban Dolok punya dua orang anak yaitu Saur Ni Aji dan Martangga Ni Batu. Anak dari Martangga Ni Batu tiga orang yaitu Tuan Nagani (Pergi ke Sigurung-gurung Pahae), Ompu Ni Guguan (tinggal di Silindung) dan Datu Goga.

Anak dari Tuan Nagani empat orang yaitu Ompu Manggontang (keturunannya tinggal Pahae), Ompu Birong (Keturunannya ada yang pergi ke Sibolga), Ompu Panigoni (Keturunannya ada yang pergi Sidimpuan) dan Ompu Rori (keturunannya tetap tinggal Pahae).

Anak dari Ompu ni Guguan tiga orang yaitu Baha Raja, Parbalatuk Tunggal dan Buntul Mata.
Anak dari Baha Raja tiga orang yaitu Ompu Partungkoan, Ompu Solopoan dan Raja Partahian.

Anak dari Raja Partahian dua orang yaitu Ompu Lamak dan Naga Timbul (pergi ke Batu Nadua Sidimpuan).
Ompu Lamak kawin dengan Boru Siagian dan mempunyai dua anak yaitu Ama ni Batu Lamak (Pergi ke Pahae dan kawin dengan Boru Sigurung -gurung di Pahae) dan Ompu Partahian (tinggal di Silindung dan kawin dengan Boru Nainggolan).

Siringkiron.

Ompu Siringkiron anaknya hanya satu yaitu Ompu Mangarerak.
Anak dari Ompu Mangarerak juga satu yaitu Ompu Sotargomar. Dan anak dari Ompu Sotargomar ada tiga orang yaitu Ompu Singgar Diaji, Ompu Panggalang dan Ompu Tinsut.

Sesuai dengan Tarombo Siringkiron, Ompu Singgar Diaji merantau ke Madina Tapanuli Selatan dan mereka telah membuka perkampungan (huta) disana.

Sementara keturunan Ompu Panggalang sebagian merantau ke Janji Angkola dan Tapanuli Tengah dan sebagian lagi tinggal di Silindung. Dan keturunan Ompu Tinsut ada yang tinggal di Pahae dan sebagian merantau ke Janji Angkola dan Sipirok Tapanuli Selatan.

Sibange-bange.

Ompu Sibange-bange mempunyai tiga anak yaitu Sariburaja, Datu Manggiling dan Raja Tinaruan.

Saribu Raja.
Anak dari Saribu Raja enam orang yaitu Tuan Saur, Ompu Pangarisan, Namora Batu Mundom, Ompu Ni Anggara, Daruhan Lombang dan Sampulu Tua. Keturunan dari Ompu Saribu Raja pada awalnya sebagian besar sudah pergi ke Pahae.

Datu Manggiling.
Anak kedua dari Ompu Sibangebange adalah Datu Manggiling. Tarombo Datu Manggiling ada dua versi tentang jumlah anaknya. Ada yang menyebut bahwa anak dari Datu Manggiling ada lima yaitu Namora Hussus, Tuan Boksa, Ompu Soripada, Datu Mira dan Jarangar. Keturunan dari Jarangar ada dua orang yaitu Patuan Jonang dan Guru Tinandang (Datu Tandang) yang membuka perkampungan (huta) di Huta Tinggi Laguboti. Dari Huta Tinggi Laguboti anaknya yang kedua Guru Tinandang pergi ke daerah Porsea dan membuka perkampungan disana dan mereka menyebut Lumban Masopang.

Satu versi lain mengatakan bahwa anak dari Datu Manggiling ada empat orang yaitu Namora Hussus, Tuan Boksa, Mata Mira dan Dasopang.
Ompu Soripada adalah keturunan dari Namora Hussus. Ompu Soripada merantau dari Pahae ke Sibolga dan dari Sibolga datang ke Lumban Siagian Silindung dan membuka perkampungan disana.

Anak dari Namora Hussus ada tiga orang. dan anak dari Tuan Boksa yang tinggal di Simata ni Ari Pahae anaknya satu orang yaitu Raja Birong. Anak dari Raja Birong dua orang yaitu Ompu Jau dan Ompu Burju. Keturunan dari Ompu Jau sampai sekarang tinggal di Simata ni Ari Pahae dan keturunan dari Ompu Burju tinggal di Sibaganding.

Raja Tinaruan.
Anak ketiga dari Sibange-bange yaitu Raja Tinaruan tidak tinggal diam. Dia pun ikut hijrah ke dareah Pahae. Pertama kali dia tiba di Simardangiang.
Dia kawin disana dan mempunyai dua anak. Yang pertama Namora Batu Mundom dan anak kedua Tuan Nagani.

Anak kedua Tuan Nagani meninggalkan Simardangiang melintasi pegunungan dan tiba di Aek Matio.
Dari sana turun ke Adian Rahot (Adiankoting). Di Adian Rahot Ompu Tuan Nagani membuka perkampungan. Anaknya ada dua yaitu Ompu ni Gaga dan Ompu Matio.
Ompu ni Gaga mempunyai empat orang anak, yang pertama Lemlem (kembali ke Simardangiang Pahae). Anak kedua Bauk (tinggal di Adiankoting sampai sekarang).
Anak ketiga Ompu Debata (tinggal di Adian Rahot) dan anak ke empat Lumbot (pergi merantu ke Barumun Tapanuli Selatan.

Ompu Debata yang tinggal di Adian Rahot mempunyai dua anak yaitu Ompu Marbona (tinggal di Pagaran Pisang) dan Ompu Raja Sina tetap tinggal di Adian Rahot. Ompu Raja Sina mempunyai empat anak.
Yang pertama Ompu Tunggal ni Huta (pulang ke Pahae tinggal di Jonggi), anak kedua Ompu Hondi (pulang ke Pahae tinggal di Jonggi), anak ketiga Ompu Harutur pergi Soposaba (masih kecamatan Adiankoting) dan anak ke empat Ompu Rumipa kembali ke Pahae.

Sampai ke Tanah Rantau
Kini marga sitompul sudah berserak ke seluruh pelosok tanah air di Indonesia baik dari Silindung Tarutung, dari Luat Pahae dan dari Sibolga Tapanuli Tengah.
Bahkan sudah ada yang tinggal menetap di luar negeri.

Marga Sitompul sama dengan marga lainnya suka merantau ke kota besar. Alasan merantau diantaranya sekolah dan mencari kerja. Daerah tempat merantau diantaranya Pematang Siantar, Medan, Jakarta, Surabaya, Duri, Pekanbaru, Jambi dan daerah lainnya.

Marga Sitompul hampir sudah ada di setiap provinsi di Indonesia.
Sudah banyak marga sitompul yang berhasil, diantaranya ada yang menjadi Menteri, Kapolda, Hakim, Jaksa, Pengacara beken, anggota DPR RI, Pengusaha dan jabatan penting lainnya di Indonesia.
Bahkan ada marga sitompul yang pernah memegang jabatan Menteri yaitu Ir Mananti Sitompul yang menjabat sebagai Menteri Pekerjaan Umum/Menteri Kesehatan dimasa Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) tahun 1948.

Penyakit Kolera.
Menurut cerita yang didapat Sihol Sitompul, pada awalnya, pomparan Sitompul sudah merantau ke Pahae, tapi perpindahan besar-besaran (eksodus) terjadi ketika daerah Tapanuli mengalami penyakit Kolera. Penyakit Kolera ini terjadi ketika perang Padri.

Ribuan orang tewas mengenaskan akibat perang dan tergelatak begitu saja di kampung-kampung, di jalanan dan ada yang dibuang begitu saja.
Mayat membusuk mengakibatkan bau busuk. Muncullah penyakit kolera yang mengakibatkan kematian.

Melihat situasi dan kondisi demikian, maka banyak masyarakat yang meninggalkan Rura Silindung. Khusus marga sitompul, mereka pergi ke Pahae menemui saudara-saudaranya yang sudah terlebih dahulu merantau ke daerah tersebut. Dari Luat Pahae, sebagian dari mereka berangkat ke Sibolga, ke Adiankoting, ke Sipirok dan daerah lain.


(Dikutip secara utuh dari Buku Sejarah Punguan Raja Toga Sitompul dan Boru Pekanbaru Sekitarnya).
Share:

7 komentar:

  1. Sejarah marga batak ini unik2 ya saya juga dapat cerita dr suami sy ttg marganya dia, marga batak juga paling banyak yg merantau

    BalasHapus
    Balasan
    1. Suami nya orang batak juga ya mbak, marga apa suami nya..?

      Hapus
  2. aku ga nyangka segitu rumitnya sejarah 1 marga doang :). jd penasaran ama sejarah margaku, pasaribu :D. menarik sih baca begini, walopun di beberapa bagian lebih ke mitos yaaa.. tp ya namanya sejarah, udah jadi cerita turunan juga :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebagai orang batak, kita wajib mengetahui asal usul dan sejarah keturunan kita...

      Hapus
  3. apalah aku yg orang jawa dan nggak punya saudara atau teman orang batak, jd baca sejarah marga ini rasanya menarik banget

    BalasHapus
  4. Bingung karena ternyata panjang sekali asal muasal sejarah marga Batak itu. Seperti melingkar dalam penyebaran ke beragam tempat. Tetapi itu menarik karena menyangkut bagaimana kehidupan para pendahulu berjuang untuk beroleh kehidupan yang lebih baik dengan merantau ke berbagai daerah, merambah banyak tempat yang unik.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya... itu baru satu marga saja, sedangkan batak punya ratusan marga...,

      Hapus

Silahkan tinggalkan komentar Anda yang sesuai dengan pokok bahasan.

Diharap tidak menggunakan akun G+

Pendukung

Artikel Populer

 
Back to Top