Stop mengatakan bencana adalah azab dari Allah

Baca Juga



Semua yg di langit dan bumi bertasbih kepada Allah. Itu benar . Harus diyakini . Karena al-Qur ’an yang bilang demikian. Di antaranya di awal awal surat al-Hadid.
Seluruh alam raya ini mengukuti “ amar ’ Allah. Fazlur Rahman menerjemahkan “ amar ” sebagai ketentuan Allah yg mengatur segalanya sehingga segalanya berjalan teratur . Ada siang , ada malam. Air naik ke langit lalu jadi awan lalu jadi hujan. Air mengalir dari ketinggian ke hilir. Habis kemarau, turun hujan, tumbuh tanaman, lalu berbuah, dan seterus nya .

Bahasa umumnya adalah hukum alam.
Bahasa iman Islamnya adalah sunnatullah.
Begitu Ketika suatu saat terjadi bencana, misal gempa , sudah pasti mukmin meyakini itu kehendak Allah. Begitupun tsunami, Letusan gunung,
Dan lain sebagai nya, Itu juga bagian dari amar Allah.

Bagi mukmin , semua bencana diyakini bukan hanya sebagai ketentuanNya yang telah ditetapkanNya sebelum peristiwa itu terjadi.
Di al-Hadid, keterangan tersebut ada.

Begitu juga semua yang menimpa kita. Bukan hanya petaka, juga karunia. Semuanya ! Dan itu semua mudah bagi Allah. Itulah iman….
Semua peristiwa, termasuk bencana, diyakini oleh mukmin juga sebagai sarana muhasabah dan tasyakur.
Muhasabah atas suatu peristiwa yang memilukan dan tasyakur pada suatu peristiwa yang menyenangkan. Begitu umumnya.

Di sejumlah kalangan , sebutlah para sufi , bahkan semua persitiwa, mau menyedihkan atau menyenangkan, tak lagi dirasakan ada bedanya , selain semata karunia Allah Swt. Kesempitan dan bencana pun karuniaNya. Itu artinya segala kesulitan dan bencana bisa saja menimpa hamba Allah yang dikehendakiNya.

Di al-Qur’an ada keterangannya . Begitu. Jadi , mari ndak usah jemawa mentang -mentang ahli shalat Subuh jamaah dan pengamal amaliah puasa sunnah belasan tahun , lalu akan luhung terus jalan hidupnya. Boleh jadi , suatu hari juga ditimpa bencana.
Memang boleh jadi , ada suatu bencana yang oleh Allah diterjadikan sebagai hukuman .

Di al-Qur’an banyak tuturan tentang kaum -kaum terdahulu soal itu. Tapi , mari berendah hati , itu hanya Allah yang tahu . Hanya Hak Allah untuk menilainya sebagai hukuman atau ujian atau bahkan karunia. Siapalah kita kok sok memutuskan ?
Kita hanya bisa menggali hikmah darinya. Ada yang meyebutnya sebagai sarana muhasabah . Titik . Berhentilah di posisi ini.

Maka , tidaklah pantas dan berhak sama sekali bagi kita semua untuk menyatakan bencana itu atau ini adalah hukuman Allah, azab Allah, dan sejenisnya kepada sekelompok orang. Demi Allah, tak ada kepantasan bagi kita memutuskan pernyataan sejenis itu.

Selain hakikat peristiwa itu semata rahasia Allah, pernyataan demikian hanya akan menjadikan diri kita sendiri pongah , sombong, dan sok suci dengan menabalkan diri kita yang selamat karena Allah mencintai kita dan mereka yang terdera karena murka Allah, serta sudah pasti hanya akan menyakiti hati dan perasaan mereka yang sedang ditimpa bencana.

Kita ini, mau beribadah sejungkel apa pun , tak ada jaminan menjadi kekasih Allah, tiada kepastiaan akan husnul khatimah, diridhaiNya , dan masuk surgaNya .

Sudahlah impian begitu tak ada jaminannya , bagaimana bisa kita malah berani merusak rohani kita dengan menambah dosa yang nyata dengan menyakiti para korban bencana melalui pernyataan -pernyataan tak berperikemanusiaan , semisal “ bencana itu adalah azab Allah pada mereka karena jauh dari Allah…. ”?
Hentikanlah menyatakan suatu petaka pada orang lain sebagai azabNya .

Berhentilah. Itu sungguh jahat , keji, buruk , pongah, angkuh , dan jelas sama sekali tak mencerminkan hati yang takut padaNya dan akhlak yang luhung pada sesama.
Allah selalu tahu isi hati kita….

Semoga semua korban tsunami Lampung dan Banten diampuni oleh Allah, diridhaiNya . Semoga semua keluarganya diberi kekuatan menghadapinya . Amin.

Sumber: islami
Share:

4 komentar:

  1. Bagaimana dengan ayat-ayat dibawah ini Sob?

    Karena maksiatlah, Allah menumpahkan air dari langit, memuntahkannya ke bumi, hingga mereka, umat Nabi Nuh Alaihissalam nyang kafir dan durhaka itu ditenggelamkan dan binasa (lihat QS. Al A’râf: 63-64).

    Karena maksiatlah, Allah menghancurkan kaum Nabi Hud Alaihissalam. Ditumpas habis tanpa sisa (lihat QS. Asy-Syu’arâ’: 139).

    Kalau bukan karena maksiat, kaum Tsamud tidak akan menelan mentah-mentah adzab yang sangat pedih (ihat QS. Al A’râf: 77-78).

    Karena maksiat pulalah, kaum Nabi Luth Alaihissalam beserta tujuh kotanya hancur berkeping-keping. Kota mereka diangkat setinggi-tingginya ke atas langit dengan cepat, lantas dibenturkan ke bumi dalam keadaan yang di atas ke bawah (dibalik) lalu dihujani bebatuan dari sijjîl (lihat QS. Hud: 82-83).

    Negeri Fir’aun dilanda topan kencang, hama belalang, tersebarnya kutu, merajalelanya kodok dan menyebarnya darah; pun karena maksiat. Lalu karena mereka tidak mengubah sikapnya, Allah Subhaanahu Wata’ala menenggelamkan mereka di lautan (lihat QS. Al A’râf: 133-136).

    Al-Qur’an dengan tegas menjelaskan bawa sebab utama terjadinya semua peristiwa di atas bumi ini, apakah gempa bumi, banjir, kekeringan, tsunami, penyakit tha’un (mewabah) dan sebagainya disebabkan ualah manusia itu sendiri, baik yang terkait dengan pelanggaran sistem Allah yang ada di laut dan di darat, maupun yang terkait dengan sistem nilai dan keimanan yang telah Allah tetapkan bagi hambanya.

    Semua pelanggaran tersebut (pelanggaran sunnatullah di alam semesta dan pelanggaran syariat Allah yang diturunkan kepada para Nabi dan Rasul-Nya, termasuk Nabi Muhammad Saw), akan mengakibatkan kemurkaan Allah. Kemurkaan Allah tersebut direalisasikan dengan berbagai peristiwa seperti gempa bumi, tsunami dan seterusnya.

    Semakin besar pelanggaran manusia atas sistem dan syariat Allah, semakin besar pula peristiwa alam yang Allah timpakan pada mereka. Allah menjelaskan dalam Al-Qur’an :

    فَكُلًّا أَخَذْنَا بِذَنْبِهِ فَمِنْهُمْ مَنْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ حَاصِبًا وَمِنْهُمْ مَنْ أَخَذَتْهُ الصَّيْحَةُ وَمِنْهُمْ مَنْ خَسَفْنَا بِهِ الْأَرْضَ وَمِنْهُمْ مَنْ أَغْرَقْنَا وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ (40)

    Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.(Q.S. Al-Ankabut / 29 : 40)

    ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ (41)

    Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).(Q.S. Ar-Rum / 30 : 41)

    Semua peristiwa dan bencana yang kita saksikan di atas bumi dan alam semesta ini tidak ada yang terjadi begitu saja dengan sendirinya, melaikan sesuai kehendak dan ketentuan Tuhan Penciptanya, yakni Allah Ta’ala.Berbagai persitiwa dan bencana itu disebabkan kedurhakaan dan kesombongan manusia terhadap Allah dan syari’at Allah serta berbagai dosa-dosa yang mereka lakukan. Lalu Allah menurunkan berbagai azab atas mereka.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau itu bedah konsep lagi sob.....,
      Sementara yg terjadi sekarang ini. Adalah bencana yg memang seharus nya terjadi...
      Dan juga kita tidak berhak mengatakan kalau itu adalah azab dari Allah,
      Karna kita tidak tahu rencana Allah itu apa.
      Kecuali Allah sendiri yg mengatakan kalau itu adalah azab, seperti yg telah tersurat sebelum nya atas semua bencana dan musibah.

      Jika kita yg mengatakan kalau itu adalah azab.
      Itu arti nya kita tidak lebih dari menduakan Tuhan.
      Sementara kita ini siapalah...!,
      Hanya manusia biasa yg sejujur nya juga penuh dengan dosa.

      Di hadapan Allah semua manusia itu sama,
      Sama2 manusia penuh dosa.
      Lalu.. apa pantas kita mengatakan saudara kita terkena azab, seolah2 menekankan kalau kita paling benar di mata Allah.

      Kita boleh menegur , memberantas atau meluruskan yg salah di mata Allah.
      Tapi kita tidak berhak memfonis seseorang hanya karna kita lihat dia jahat.

      Sesungguh nya hanya Allah yg tau kepada siapa azab itu dia berikan.

      Hapus
  2. Ga baik sob mencela orang yg gemar melaksanakan shalat berjamaah. Kita tak tahu amalan mereka, secara kasat mata dia sudah bagus mau melaksanakan ibadah. Tentunya yang kita nasehati adalah orang2 yg masih bermaksiat, tak mau bertaubat, tak mau beribadah. Memang kita tak tahu hati mereka, tapi perbuatan yg tampak itu sudah yak benar. Kiyasnya, mendung belum tentu hujan tapi arahnya pasti kesana kan yaitu hujan. Itulah zhahirnya.

    Sekiranya seorang yg ahli ibadah ditimpa bencana maka itu bisa jadi bukan adzab bagi dia tapi cobaan/ujian. Sedangkan bagi orang pendosa bencana yg datang adalah adzab..

    (Wallahu'alam)

    BalasHapus
  3. Kalau kita bicara maksiat sangat banyak tempat maksiat, di kota2 besar sangat mudah menemukan gedung2 maksiat.. lalu kenapa mereka tidak di azab...,
    Bahkan di seluruh sudut kota bertebaran penjaja diri dan perjudian dll nya.. lalu kenapa tidak di azab.
    Kalau memang gempa atau tsunami adalah azab, kenapa anak2 yg tidak berdosa juga ikut kena azab?

    BalasHapus

Silahkan tinggalkan komentar Anda yang sesuai dengan pokok bahasan.

Diharap tidak menggunakan akun G+

Pendukung

Artikel Populer

 
Back to Top