Baca Juga
Kota Payakumbuh, 125 km di utara Padang,
Sumatera Barat, punya sebuah jembatan dengan nama unik, Jembatan Ratapan Ibu.
Sebuah nama yang puitis. Namun bukan soal puitisnya maka jembatan tersebut dinamakan seperti itu. Justru karena menjadi saksi bisu peristiwa yang heroik saat dulu pemuda Payakumbuh berjuang mempertahankan kemerdekaan RI yang baru diproklamirkan.
Ketika itu, pada era agresi Belanda yang ingin kembali menjajah Indonesia, sebelum akhirnya Belanda mengakui kedaulatan NKRI, 27 Desember 1949, banyak pemuda yang ditangkap. Para pemuda itu dibariskan di atas jembatan lalu ditembak mati oleh serdadu Belanda dan mayatnya dibuang ke Batang Agam (batang adalah sungai dalam bahasa Minang) yang mengalir di bawah Jembatan itu.
Meskipun tidak begitu terkenal seperti Jembatan Merah di Surabaya, peristiwa bersejarah di Payakumbuh, jelas harus dicatat sebagai pengingat kehebatan para pendahulu kita. Maka, untuk mengenang banyaknya ibu-ibu yang meratapi kematian anaknya yang mayatnya tidak ditemukan, jembatan itu dinamakan dengan Jembatan Ratapan Ibu, yang kemudian dipertegas dengan dibangunnya Tugu Ratapan Ibu di salah satu ujung jembatan, yang terakhir direnovasi pada tahun 1998.
Sayangnya, keberadaan tugu dan jembatan yang karena secara fisik terlihat biasa-biasa saja, seperti tidak memberikan nilai tambah bagi kota Payakumbuh dan sekitarnya.
Namanya tenggelam oleh objek lain yang ramai dikunjungi wisatawan domestik maupun mancanegara, seperti Lembah Harau dan Jembatan Kelok Sembilan yang tampilannya mengagumkan.
Memang baru-baru ini pemerintah setempat memasang hiasan cahaya warna warni yang melengkung di atas jembatan itu pada malam hari. Namun itu hanya bisa dinikmati sambil lalu, karena tidak ada area parkir yang memadai dan fasilitas lain yang membuat mereka yang lewat mau singgah .
Apalagi letak jembatan itu di Jalan Ahmad Yani tidak sestrategis Jalan Sudirman yang menghubungkan dua ibukota provinsi, Padang dan Pekanbaru. Agar jembatan bersejarah itu mampu menjadi salah satu daya tarik wisata, perlu dilengkapi dengan anjungan tempat anak muda nyaman berfoto selfie.
Tentu keberadaan area parkir, bangku taman dan tempat penjual makanan atau oleh-oleh harus tersedia pula. Untuk itu tak bisa lain, penataan ulang Tugu Ratapan Ibu perlu dilakukan Pemkot Payakumbuh.
Tak kalah penting pula untuk mengadakan event tertentu dengan mengambil tempat di sekitar jembatan atau tugu tersebut. Misalnya dengan membuat program lari maraton massal seperti "Payakumbuh 10K" dengan mengambil tempat start dan finish di situ.
Payakumbuh sebagai salah satu destinasi wisata di Sumatera Barat, bisa semakin semarak lagi bila Jembatan Ratapan Ibu dibenahi untuk memperbanyak obyek wisata yang layak disinggahi.
Sumber: kompasiana.com
Penulis: Irwan Rinaldi Sikumbang
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar Anda yang sesuai dengan pokok bahasan.
Diharap tidak menggunakan akun G+