Baca Juga
Sulit sebenarnya mengetahui niat seseorang menjadi Calon Legislatif (Caleg) apalagi menakarnya, karena semua mengusung atas nama kebaikan rakyat dan hati nurani. Terkadang kita bisa dengan mudah menebak sekaligus menilai niat itu, dalam takaran obyektif maupun subyektif.
Contoh beberapa perilaku caleg yang mencoba “merapihkan” niat dengan cara membantu korban bencana. Ada yang cerdas dan inovatif, memberi bantuan berupa bungkusan biskuit atau makanan, lalu ditempel stiker foto caleg,
Ada juga yang membantu terjun langsung ke lokasi bencana dengan memakai atribut lengkap partai politik dan foto-foto di lokasi bencana.
Ini mereka lakukan untuk menunjukan bahwa mereka peduli terhadap penderitaan rakyat.
Sampai disitu, apakah anda sudah bisa menilai niat caleg tersebut?,
Baiklah saya tambahkan lagi kasus yang sering terjadi di masyarakat: ada caleg datang ke pengajian atau majelis taklim membantu memberi sajadah, Quran dan perangkat lainnya.
Padahal sebelum nya si caleg belum pernah terlihat ikut pengajian. Rupanya ia sedang bersembunyi dibalik “Hidayah” Allah. Samarukna Gusti Allah bisa dibohongi. Dan biasanya setelah ia terpilih, ia tidak lagi ngaji karena kesibukannya.
Dari sejumlah kisah nyata tadi, saya kira bisa diambil pernyataan miris bahwa betapa hinanya para caleg yang memperalat hawa napsunya demi jabatan dan betapa teganya dia memanfaatkan masyarakat untuk dibohongi, seolah-olah bohong menjadi fardu ain bagi seorang caleg atau politisi.
Apakah para caleg tersebut benar-benar iklas karna niat ingin memajukan bangsa dan negri ini..,
Saya rasa itu hanyalah kedok belaka,
Itu semua karna gaji seorang caleg itu cukup menggiurkan, belum lagi jika kebagian job gono gini,
Jadi cukup nyaman untuk bertahan hidup jika tidak mau di bilang ingin ingin memperkaya diri.
Lalu bagaimana jika gaji seorang anggota dewan setara dengan gaji seorang PNS biasa,
Apakah masih banyak yang berniat ingin mencalonkan diri menjadi anggota dewan.
Sesungguhnya masyarakat merupakan Kawah Candradimuka bagi seorang caleg terlebih jika dibenturkan dengan keikhlasan berpolitik.
Masyarakat merupakan ladang amal yang harus dimanfaatkan tidak hanya ketika seseorang menjadi caleg, karena untuk beramal tidak harus jadi caleg. Para caleg tak menyadari kawah candradimuka itu sesekali akan merobek niat busuknya ke dalam strata sosial paling rendah, ialah koruptor.
Sebab niat yang busuk sejak awal selalu melahirkan kebusukan-kebusukan selanjutnya termasuk korupsi.
Seorang Caleg tidak lahir dari niat dan keinginan sendiri dan partai politik tapi harus berawal dari masyarakat, partai hanyalah kendaraan.
Tentu saja koar-koar melalui spanduk dan poster tidak cukup membuktikan niat itu, karena ternyata spanduk/poster semakin menjadi sampah visual bagi keindahan kota. Kadang mereka memasang nya tanpa aturan, memasang panduk/poster di Pohon dengan cara dipaku, di depan sekolah/kampus, bahkan di dinding mesjid atau di kaca jendela rumah tanpa izin.
Pertanyaan terus berlanjut, apakah di Pileg 2019 ini ada caleg yang benar benar ikhlas? dan jika sudah menjadi anggota dewan yang terhormat siap melayani kepentingan rakyat mengalahkan kepentingan pribadi.
Saya hanya ingin mengingatkan untuk para Caleg yang niatnya busuk untuk segera memperbaiki diri dengan cara mundur dari pencalonan, dan bagi mereka yang memiliki niat baik, ingat enam hal yang wajib dimiliki.
Pertama seorang caleg harus cerdas, tidak hanya cerdas otak tapi cerdas hati memahami kemauan rakyat,
kedua harus memiliki sifat menyayangi rakyat, tidak membodohi.
Ke tiga harus sabar untuk tidak korupsi (membantu bencana dengan atribut, memasang poster sembarangan adalah salah satu bentuk korupsi hati).
Ke empat harus mempunyai harta halal yang cukup untuk membantu masayarakat.
Ke lima harus mau dikritik.
Ke enam harus mempunyai pengalaman berpolitik di masyarakat,
yang saya maksud ialah mempunyai jejak rekam yang baik.
Wallahu A’lam..
di kutip dari: kyaimatdon.wordpress.com
Yang paling sebal itu, baleho2 yang banyak terpampang dipinggir jalan. Mohon doa dan dukungannya katanya. Kenal pun awak tidak, nampak pun tidak batang hidungnya selama ini, ujug2 minta dukungan dan doa. Bah, sontoloyo itu Sob :D
BalasHapusBenar sekali sob. Bahkan di jaman caleg begini.. semua bersaudara,
BalasHapusKalau sudah jadi persaudaraan pun hilang
Hahaha, begitulah. Seringkali baik pas mau pemilihan, selanjutnya ya tidak.
BalasHapusIya.. saat seperti ini rakyat selalu jadi korban...
HapusDi saat pemilu.. rakyat rasa nya akan menjadi orang yg paling di muliakan dan di hormati. Tebukti
BalasHapusSeorang caleg yg berdasi dan jas rela duduk di balai bambu atau tikar rumbai bahkan rela masuk ke rumah orang yg paling miskin sekali pun, bahkan mau ikutan jadi gembel.. demi mendapatkan suara para pengemis jalanan,
Bagaimana jika sudah terpilih , mungkin akan di tabrak lari jika ketemu pengemis di jalanan.